Tuesday, October 19, 2010
POEM FOR MY HUSBAND: 8th Anniversary Poem
This post is special for my husband. To celebrate our 8th Anniversary today, I would like to give him a special gift, an Anniversary Poem:
The Garden of Love
The beauty of our garden is always changing
With the weather and the season
They give a splendor in each moment
Viewing its beauty in its own way
In the spring, the Daffodils are blooming
In the summer, the Honeysuckles have party with the butterflies and hummingbirds
In the autumn, the backyard is decorated with the colorful leaves
In the winter, the plants are covered with the white snow
In the morning when sunshine is rising
All vegetations are ready to be filled
In the night when the moonlight is appearing
We still can't see the beauty of our garden in the dark
Rainy days, sunny days, snowy days and stormy days
Which the best day they will choose
They won't . . . they can't choose
They just can accept
The garden of our love is as same as our garden
Through rainy days and sunny days
Through snowy days and stormy days
We've stayed together as husband and wife
Happy anniversary, my dear husband
With you at my side in any of our condition
every experience is sweet
because we face it together
--Fida Abbott--
10/5/2010
Sunday, July 25, 2010
Buah dari Kegundahan Hati
Akhir pekan ini rencana untuk pergi berbelanja dengan mengajak putri bungsu saya merupakan waktu yang kami berdua tunggu-tunggu bersama. Memang sudah lama tak mengajaknya berbelanja oleh karena kesibukan saya.
Sesudah sarapan pagi dengan blueberry pancake yang saya buat sendiri, bersiap-siaplah kami berdua untuk berangkat. Putri saya sangat senang dan saya sendiri pun turut senang melihatnya. Rencana pun saya susun dengan tujuan pertama adalah fotokopi untuk keperluan book signing bulan depan di perspustakaan lokal, kemudian langsung berbelanja. Saya katakan juga kepadanya bahwa setibanya dari berbelanja, akan saya ajak ke perpustakaan lokal untuk mengembalikan buku-buku yang dipinjam sekaligus menyerahkan beberapa flyer book signing ke direktur perpustakaan.
Di tengah jalan, di perempatan lampu merah sekitar 200 meter dari rumah, tiba-tiba mobil yang saya tumpangi mendadak mogok. Saya hidupkan kembali dan berjalan lagi tetapi mogok lagi semenit kemudian, begitu selanjutnya beberapa kali terulang hingga akhirnya saya putuskan untuk kembali pulang. Saat memutuskan akan memutar mobil menuju rumah, mesin mobil mogok terus beberapa kali hingga saya khawatir tidak akan sampai ke rumah dengan segera. Handphone pun tertinggal di rumah sehingga saya pun tak dapat menelepon untuk memberitahukannya kepada suami. Saya katakan kepada putri saya bahwa pagi itu rencana untuk berbelanja saya batalkan yang membuatnya menjadi kecewa.
Dengan menarik napas panjang, saya berharap mesin mobil akan segera hidup kembali. Dengan hanya mengalami dua kali mogok selama perjalanan pulang, sampailah kami berdua di rumah dengan selamat. Tanpa menutupi hati yang kesal, saya ceritakan keadaan mobil tersebut yang memang bukan milik kami. Mobil tersebut adalah sebuah mobil pinjaman dari seseorang yang sedang memperbaiki mobil suami saya. Sedangkan mobil saya sendiri sudah terjual dengan harga yang murah meriah karena kerusakan parah yang memakan biaya lebih banyak untuk memperbaikinya daripada harga mobil itu sendiri. Maka dengan penuh keikhlasan hati, saya harus merelakan mobil tersebut terjual dengan harga yang sangat rendah.
Rencana semula yang tersusun rapi pudar dan putri bungsu saya menjadi sedih. Melihat keadaan tersebut, suami saya pun memutuskan untuk mengambil mobilnya yang memang sudah selesai diperbaiki dan sebelumnya ia berencana untuk mengambilnya hari Minggu, keesokan harinya. Dengan penuh harap, saya berpikir rencana semula akan terwujud sepulang suami mengambil mobilnya.
Ternyata saya kembali menyesal. Suami pulang dengan membawa kabar bahwa rem mobil masih belum bekerja dengan sempurna sehingga ia sangat khawatir apabila saya yang akan mengendarainya sendiri, bahkan ia berkata akan mengantar saya ke tempat kerja minggu depan selama ia belum mendapatkan mobil penggantinya. Hal itu mengartikan bahwa ia harus mengantarkan saya berbelanja dan ia menyanggupinya setelah ia beristirahat siang.
Sinar matahari sangat terik di musim panas hingga sampai pukul tujuh malam. Kalau di Indonesia saat itu matahari sudah menenggelamkan dirinya tetapi tidak di musim panas di Amerika. Matahari masih bersinar dengan megahnya, menyengat kulit seperti layaknya antara pukul sebelas hingga pukul dua siang. Saya berpikir pasti suami saya akan membatalkan niatnya mengantar berbelanja dan ternyata memang benar perkiraan saya. Hati saya bertambah kesal tapi kemudian saya ingat bahwa esok adalah hari Minggu, maka saya bertanya apakah ia akan mengantarkan saya berbelanja setelah sepulang gereja. Ia pun berkata bahwa itulah rencananya, bahkan ia pun akan pergi ke gereja bersama kami berdua.
Di lantai atas kegundahan hati saya masih terasa. Dalam hati saya berkata mengapa masih saja menjadi gundah, bukankah suami sudah bersedia akan menemani berbelanja, bahkan akan pergi bersama ke gereja, sebuah keinginan lama saya akan terwujud setelah ia lama absent dikarenakan pekerjaannya. Mengapa saya tidak bersyukur?
Tiba-tiba hati saya ingin online dan mengingatkan bahwa sudah lama saya tidak memposting lembaran-lembaran pelajaran Sekolah Minggu putri bungsu saya di blognya. Saat itulah tanpa menunda-nunda, saya ambil sebuah lembaran pelajaran Sekolah Minggu yang tertumpuk di atas meja beberapa bulan lalu. Ternyata hati saya sangat terhibur dengan tulisan-tulisan yang tercantum di atas lembaran-lembaran tersebut. Sambil menuliskannya kembali di blog, saya membaca ulang. Memang benar ternyata tulisan-tulisan yang baik memberikan obat mujarab untuk hati, hingga akhirnya saya sendiri menuliskannya di sini.
Tak lama putri bungsu saya datang dengan membawa sekotak makanan, menunjukkannya kepada saya bahwa ia mendapatkannya dari ayahnya. Sepuluh menit kemudian, suami pun datang dengan membawa sepiring makanan yang baru saja dia beli tanpa sepengetahuan saya. Rupanya secara diam-diam ia ingin memberikan sebuah kejutan saat mengetahui kegundahan hati saya. Apakah selanjutnya saya masih tetap bergundah hati? Tentu tidak. Hati saya berubah menjadi senang. Senang oleh karena esok hari suami akan pergi ke gereja bersama, senang oleh karena saya akan diantar suami berbelanja—kegiatan yang sudah lama tidak dilakukan bersama sejak saya mulai bekerja, senang oleh karena saya membaca sesuatu yang memberikan rasa suka cita dan kekuatan hati, senang oleh karena saya dapat menuliskan sesuatu untuk dibagikan kepada sesama setelah lama absent oleh karena kesibukan menyelesaikan penulisan novel, senang oleh karena saat merasa lapar, suami datang dan membawakan sebuah piring berisi makanan. (*)
Tulisan ini telah ditayangkan juga di HOKI dan Cross Written.
Sesudah sarapan pagi dengan blueberry pancake yang saya buat sendiri, bersiap-siaplah kami berdua untuk berangkat. Putri saya sangat senang dan saya sendiri pun turut senang melihatnya. Rencana pun saya susun dengan tujuan pertama adalah fotokopi untuk keperluan book signing bulan depan di perspustakaan lokal, kemudian langsung berbelanja. Saya katakan juga kepadanya bahwa setibanya dari berbelanja, akan saya ajak ke perpustakaan lokal untuk mengembalikan buku-buku yang dipinjam sekaligus menyerahkan beberapa flyer book signing ke direktur perpustakaan.
Di tengah jalan, di perempatan lampu merah sekitar 200 meter dari rumah, tiba-tiba mobil yang saya tumpangi mendadak mogok. Saya hidupkan kembali dan berjalan lagi tetapi mogok lagi semenit kemudian, begitu selanjutnya beberapa kali terulang hingga akhirnya saya putuskan untuk kembali pulang. Saat memutuskan akan memutar mobil menuju rumah, mesin mobil mogok terus beberapa kali hingga saya khawatir tidak akan sampai ke rumah dengan segera. Handphone pun tertinggal di rumah sehingga saya pun tak dapat menelepon untuk memberitahukannya kepada suami. Saya katakan kepada putri saya bahwa pagi itu rencana untuk berbelanja saya batalkan yang membuatnya menjadi kecewa.
Dengan menarik napas panjang, saya berharap mesin mobil akan segera hidup kembali. Dengan hanya mengalami dua kali mogok selama perjalanan pulang, sampailah kami berdua di rumah dengan selamat. Tanpa menutupi hati yang kesal, saya ceritakan keadaan mobil tersebut yang memang bukan milik kami. Mobil tersebut adalah sebuah mobil pinjaman dari seseorang yang sedang memperbaiki mobil suami saya. Sedangkan mobil saya sendiri sudah terjual dengan harga yang murah meriah karena kerusakan parah yang memakan biaya lebih banyak untuk memperbaikinya daripada harga mobil itu sendiri. Maka dengan penuh keikhlasan hati, saya harus merelakan mobil tersebut terjual dengan harga yang sangat rendah.
Rencana semula yang tersusun rapi pudar dan putri bungsu saya menjadi sedih. Melihat keadaan tersebut, suami saya pun memutuskan untuk mengambil mobilnya yang memang sudah selesai diperbaiki dan sebelumnya ia berencana untuk mengambilnya hari Minggu, keesokan harinya. Dengan penuh harap, saya berpikir rencana semula akan terwujud sepulang suami mengambil mobilnya.
Ternyata saya kembali menyesal. Suami pulang dengan membawa kabar bahwa rem mobil masih belum bekerja dengan sempurna sehingga ia sangat khawatir apabila saya yang akan mengendarainya sendiri, bahkan ia berkata akan mengantar saya ke tempat kerja minggu depan selama ia belum mendapatkan mobil penggantinya. Hal itu mengartikan bahwa ia harus mengantarkan saya berbelanja dan ia menyanggupinya setelah ia beristirahat siang.
Sinar matahari sangat terik di musim panas hingga sampai pukul tujuh malam. Kalau di Indonesia saat itu matahari sudah menenggelamkan dirinya tetapi tidak di musim panas di Amerika. Matahari masih bersinar dengan megahnya, menyengat kulit seperti layaknya antara pukul sebelas hingga pukul dua siang. Saya berpikir pasti suami saya akan membatalkan niatnya mengantar berbelanja dan ternyata memang benar perkiraan saya. Hati saya bertambah kesal tapi kemudian saya ingat bahwa esok adalah hari Minggu, maka saya bertanya apakah ia akan mengantarkan saya berbelanja setelah sepulang gereja. Ia pun berkata bahwa itulah rencananya, bahkan ia pun akan pergi ke gereja bersama kami berdua.
Di lantai atas kegundahan hati saya masih terasa. Dalam hati saya berkata mengapa masih saja menjadi gundah, bukankah suami sudah bersedia akan menemani berbelanja, bahkan akan pergi bersama ke gereja, sebuah keinginan lama saya akan terwujud setelah ia lama absent dikarenakan pekerjaannya. Mengapa saya tidak bersyukur?
Tiba-tiba hati saya ingin online dan mengingatkan bahwa sudah lama saya tidak memposting lembaran-lembaran pelajaran Sekolah Minggu putri bungsu saya di blognya. Saat itulah tanpa menunda-nunda, saya ambil sebuah lembaran pelajaran Sekolah Minggu yang tertumpuk di atas meja beberapa bulan lalu. Ternyata hati saya sangat terhibur dengan tulisan-tulisan yang tercantum di atas lembaran-lembaran tersebut. Sambil menuliskannya kembali di blog, saya membaca ulang. Memang benar ternyata tulisan-tulisan yang baik memberikan obat mujarab untuk hati, hingga akhirnya saya sendiri menuliskannya di sini.
Tak lama putri bungsu saya datang dengan membawa sekotak makanan, menunjukkannya kepada saya bahwa ia mendapatkannya dari ayahnya. Sepuluh menit kemudian, suami pun datang dengan membawa sepiring makanan yang baru saja dia beli tanpa sepengetahuan saya. Rupanya secara diam-diam ia ingin memberikan sebuah kejutan saat mengetahui kegundahan hati saya. Apakah selanjutnya saya masih tetap bergundah hati? Tentu tidak. Hati saya berubah menjadi senang. Senang oleh karena esok hari suami akan pergi ke gereja bersama, senang oleh karena saya akan diantar suami berbelanja—kegiatan yang sudah lama tidak dilakukan bersama sejak saya mulai bekerja, senang oleh karena saya membaca sesuatu yang memberikan rasa suka cita dan kekuatan hati, senang oleh karena saya dapat menuliskan sesuatu untuk dibagikan kepada sesama setelah lama absent oleh karena kesibukan menyelesaikan penulisan novel, senang oleh karena saat merasa lapar, suami datang dan membawakan sebuah piring berisi makanan. (*)
Tulisan ini telah ditayangkan juga di HOKI dan Cross Written.
Thursday, June 17, 2010
2010 Birthday Gift
My birthday gift
the most special
a surprise gift
I expected
Little tiny
head and body
toes and fingers
soft and dark hair
My birthday gift
will be brought soon
to my real world
in next nine months
Now he or she
misterious
still in my womb
warm and secure
Cry is the sign
the gift of life
the gift of mine
the happiness
February 10, 2010
the most special
a surprise gift
I expected
Little tiny
head and body
toes and fingers
soft and dark hair
My birthday gift
will be brought soon
to my real world
in next nine months
Now he or she
misterious
still in my womb
warm and secure
Cry is the sign
the gift of life
the gift of mine
the happiness
February 10, 2010
To My Mom in Heaven
Mom, I have something to tell you
three words I never say to you
three words that stay so long in my heart
"I love you"
Mom, I need to tell this to you
something that I always dream about
something that I need to do
"I want to hug you"
Mom, I want to tell this to you
about my expression
about my appreciation
"Thank you for bringing me to this world"
Let them blow in the air
bring them to you
keep them in your soul
From your daughter on the earth
Coatesville, May 9, 2010
three words I never say to you
three words that stay so long in my heart
"I love you"
Mom, I need to tell this to you
something that I always dream about
something that I need to do
"I want to hug you"
Mom, I want to tell this to you
about my expression
about my appreciation
"Thank you for bringing me to this world"
Let them blow in the air
bring them to you
keep them in your soul
From your daughter on the earth
Coatesville, May 9, 2010
Saturday, April 3, 2010
POEM: Easter Light
Easter Light
I see the cross
there is a deep darkness
nobody wants to come
I see the empty grave
there is a life
everybody is looking for
His resurrection is a sign
there is no darkness
but lightness
Everybody who believes in Him
can come to meet His Father
without any condition
only trust in Him
live in Him
follow His path
nothing we have to pay
it is free
because He had paid full for us
with His blood and love
I see the cross
there is a deep darkness
nobody wants to come
I see the empty grave
there is a life
everybody is looking for
His resurrection is a sign
there is no darkness
but lightness
Everybody who believes in Him
can come to meet His Father
without any condition
only trust in Him
live in Him
follow His path
nothing we have to pay
it is free
because He had paid full for us
with His blood and love
Happy Easter!
Coatesville, April 3, 2010
by Fida Abbott
Thursday, February 18, 2010
Summer Fun
When sun shines hot
Head burns like fire
Warm body sweats
Brownie baked skin
There people hate
Many don’t like
Stay inside cool
No hot, no sweat
But let us see
Other people
Under the sun
Swim and enjoy
But let us see
Other people
Grill yummy foods
Sweet tasty corns
But let us see
Fun kids giggles
In swimming suits
Splash in water
Coatesville, July 4, 2009
(1st Chaiku)
Head burns like fire
Warm body sweats
Brownie baked skin
There people hate
Many don’t like
Stay inside cool
No hot, no sweat
But let us see
Other people
Under the sun
Swim and enjoy
But let us see
Other people
Grill yummy foods
Sweet tasty corns
But let us see
Fun kids giggles
In swimming suits
Splash in water
Coatesville, July 4, 2009
(1st Chaiku)
My Beautiful Garden
White, shine and clean
big Hydrangea
mini Snow White
dainty Daisy
and attractive
Butterfly Bush
Purple and sweet
My beautiful
Gladiolus
Blooming Lilac
Hibiscus Tree
Big Clematis
and Liriope
Yellow and gold
Honeysuckle
and Trumpet Vine
cute Daylily
and smell fragrance
of giant Lily
Red exotic
Climbing Roses
Fragrant Roses
and hedge Roses
Dark blue flower
Of Hibiscus
Orange sweetish
Tiger Lily
Gladiolus
and Daylily
Pink, sweet, girly
Three Astibles
In carpet Phlox
Who will say ‘no’
Not to pick them
Even my kid
Will say four words
“Can I pick them?”
The hummingbirds
The butterflies
And hungry bees
They come and go
Come back again
Suck the nectars
Having party
In all day long
Meanwhile I do
Sit and enjoy
the beauty of
my nice garden
Coatesville, July 22, 2009
(2nd Chaiku)
big Hydrangea
mini Snow White
dainty Daisy
and attractive
Butterfly Bush
Purple and sweet
My beautiful
Gladiolus
Blooming Lilac
Hibiscus Tree
Big Clematis
and Liriope
Yellow and gold
Honeysuckle
and Trumpet Vine
cute Daylily
and smell fragrance
of giant Lily
Red exotic
Climbing Roses
Fragrant Roses
and hedge Roses
Dark blue flower
Of Hibiscus
Orange sweetish
Tiger Lily
Gladiolus
and Daylily
Pink, sweet, girly
Three Astibles
In carpet Phlox
Who will say ‘no’
Not to pick them
Even my kid
Will say four words
“Can I pick them?”
The hummingbirds
The butterflies
And hungry bees
They come and go
Come back again
Suck the nectars
Having party
In all day long
Meanwhile I do
Sit and enjoy
the beauty of
my nice garden
Coatesville, July 22, 2009
(2nd Chaiku)
The Moon
I’m sitting here
on the front porch
Looking at you
in the dark sky
I’m seeing you
Thinking I should
Patiently wait
When you will come
I’m sitting here
To wait for you
Sending regards
To them I love
I’m seeing you
And asking you
Why you’re quite
Without action
I’m sitting here
Without answer
Without action
From you, the moon
I’m sitting here
Seeing you shine
You smile and say
“Just enjoy me!”
The moon, the moon
I enjoy you shine
Beautifully
Adorable
I just want you
To help sending
My warm regards
To them I love
Coatesville, July 26th, 2009
(3rd Chaiku)
on the front porch
Looking at you
in the dark sky
I’m seeing you
Thinking I should
Patiently wait
When you will come
I’m sitting here
To wait for you
Sending regards
To them I love
I’m seeing you
And asking you
Why you’re quite
Without action
I’m sitting here
Without answer
Without action
From you, the moon
I’m sitting here
Seeing you shine
You smile and say
“Just enjoy me!”
The moon, the moon
I enjoy you shine
Beautifully
Adorable
I just want you
To help sending
My warm regards
To them I love
Coatesville, July 26th, 2009
(3rd Chaiku)
Rainy Days
During the day
rain hard and long
I see my plants
smile graciously
In the next day
they look so full
no more water
to fill in them
During the night
rain, thunderstorm
as blitz combined
caught on window
The next morning
I see outside
colorful sign
on the blue sky
Coatesville, August 4th, 2009
(4th Chaiku)
rain hard and long
I see my plants
smile graciously
In the next day
they look so full
no more water
to fill in them
During the night
rain, thunderstorm
as blitz combined
caught on window
The next morning
I see outside
colorful sign
on the blue sky
Coatesville, August 4th, 2009
(4th Chaiku)
First Winter, First Snow
White all over
the place I saw
quiet, no sounds heard
serenity
Snow in winter
down to the earth
on both my hands
no sounds, so quiet
I was impressed
in winter boots
snug warm jacket
cute thin mittens
Did I believe
my surroundings
this my new home
United States
August 10, 2009
(5th Chaiku)
the place I saw
quiet, no sounds heard
serenity
Snow in winter
down to the earth
on both my hands
no sounds, so quiet
I was impressed
in winter boots
snug warm jacket
cute thin mittens
Did I believe
my surroundings
this my new home
United States
August 10, 2009
(5th Chaiku)
The World Largest Archipelago
South East Asian
beautifully
Known from Sabang
To Merauke
More seventeen
Thousands islands
You might not know
Most unnamed
On equator
Tropic weather
Most volcanic
Active regions
Important trade
Asian region
A place where most
The traders come
Thousands ethnics
hundreds languages
in one nation
Indonesia
Coatesville, August 13, 2009
(6th Chaiku)
beautifully
Known from Sabang
To Merauke
More seventeen
Thousands islands
You might not know
Most unnamed
On equator
Tropic weather
Most volcanic
Active regions
Important trade
Asian region
A place where most
The traders come
Thousands ethnics
hundreds languages
in one nation
Indonesia
Coatesville, August 13, 2009
(6th Chaiku)
Paradise
Place where you find
Harmonious
Which is timeless
Positive world
It is peaceful
Prosperity
And happiness
In a new life
Beautiful place
Of contentment
Where is a place
We want to go
Believe in Him
Obey His Words
Love others as
You love yourself
A Paradise
Then will be yours
In your heart and
Eternal life
Coatesville, August 16, 2009
(7th Chaiku)
Harmonious
Which is timeless
Positive world
It is peaceful
Prosperity
And happiness
In a new life
Beautiful place
Of contentment
Where is a place
We want to go
Believe in Him
Obey His Words
Love others as
You love yourself
A Paradise
Then will be yours
In your heart and
Eternal life
Coatesville, August 16, 2009
(7th Chaiku)
2010 Birthday Gift
My birthday gift
the most special
a surprise gift
I expected
Little tiny
head and body
toes and fingers
soft and dark hair
My birthday gift
will be brought soon
to my real world
in next nine months
Now he or she
misterious
still in my womb
warm and secure
Cry is the sign
the gift of life
the gift of mine
the happiness
February 10, 2010
the most special
a surprise gift
I expected
Little tiny
head and body
toes and fingers
soft and dark hair
My birthday gift
will be brought soon
to my real world
in next nine months
Now he or she
misterious
still in my womb
warm and secure
Cry is the sign
the gift of life
the gift of mine
the happiness
February 10, 2010
(8th Chaiku)
Tuesday, January 19, 2010
Mengalahkan Sang Waktu
Tulisan ini tela dipublikasikan di ALB untuk versi I (tulisan ke-5) dan HOKI untuk versi II (tulisan ke-86).
Sebuah pernyataan umum yang sering kita dengar dan sudah tidak asing lagi di telinga kita adalah Time is Money. Sebenarnya apakah artinya? Secara sederhana megartikan bahwa waktu adalah uang, namun apabila kita telaah lebih mendasar lagi, menurut saya pernyataan itu mengartikan bahwa waktu itu sangatlah berguna, sehingga selayaknyalah kita bijaksana dalam memanfaatkannya.
Status sebagai seorang wanita yang telah berkeluarga dan telah memiliki putra-putri, tentu sangat menguras tenaga dan pikiran, apalagi bila ada embel-embel berikutnya, yaitu bekerja di luar rumah ditambah melakukan beberapa aktifitas sukarelawan, plus kegiatan tulis-menulis. Ini belum seberapa bila dibandingkan ada anggota keluarga yang sakit. Siapakah yang paling repot? Tentu saja seorang Ibu. Belum lagi setiap hari harus memikirkan kira-kira makanan apa yang akan disantap oleh keluarga, baik untuk sarapan pagi, makan siang dan makan malam, ditambah urusan sekolah yang paling tidak seorang Ibu harus mempersiapkan keperluan sekolah atau membantu mengajar anak-anaknya.
Kondisi di atas adalah sebuah contoh yang saya alami sendiri tanpa bantuan seorang pembantu rumah tangga. Dapatkah Anda membayangkan bagaimana sibuknya diri saya? Bahkan dalam kurun waktu sekitar delapan bulan saya dapat menyelesaikan penulisan sebuah novel pertama tanpa melalaikan semua tugas satu pun di atas. Tambahan aktifitas tersebut sangat menguras energi, pikiran dan emosi, apalagi novel tersebut ditulis dalam bahasa kedua saya, yaitu bahasa Inggris. Seminggu setelah menyelesaikan total penulisan, saya tak menyentuh notebook yang biasa saya gunakan untuk menulis novel tersebut. Saat itu pun saya baru sadar betapa besarnya energi, pikiran dan emosi yang terlibat selama kurun waktu penulisan tersebut. Kalau boleh saya katakan, tak ada satu pun kagiatan lainnya yang terganggu, berarti ada satu hal lainnya yang harus saya korbankan. Apakah itu? Tak lain adalah waktu tidur saya yang berkurang.
Saya sadar apabila ingin mencapai sesuatu tujuan yang diinginkan akan ada sesuatu yang harus dikorbankan Dalam hal ini adalah mengurangi waktu tidur saya. Bila Anda memiliki waktu tidur antara 8-10 jam per hari, maka saya berkurang setengahnya. Meskipun begitu ada sesuatu kenikmatan dan kepuasan dalam hati yang tak dapat dibayar oleh apa pun setelah menyelesaikan penulisan itu hingga tuntas, dan itu merupakan obat yang mujarab sepanjang masa.
Apabila Anda pernah mendengar seseorang yang belum berkeluarga dan menyukai dunia tulis-menulis mengatakan tak ada waktu untuk menulis, maka saya katakan orang yang bersangkutan kiranya perlu mengoreksi pernyataannya. Hasrat yang tinggi disertai tekat bulat akan mengalahkan segalanya, termasuk waktu itu sendiri. Ini bukan berarti orang tersebut harus mengurangi waktu tidurnya sebanyak mungkin. Tentu tidak. Maksudnya, waktu itu pasti ada bila diusahakan karena ada niat atau minat yang lebih populer disebut dengan hasrat. Mengambil waktu satu jam untuk menulis setiap minggu tentu ada, apalagi umumnya waktu untuk bekerja adalah selama lima hingga enam hari dalam seminggu. Tentu saja ini berlaku tidak hanya di dunia tulis-menulis, tetapi juga untuk dunia yang lainnya, entah itu untuk sekedar mengembangkan hobi lainnya ataukah untuk berkegiatan sukarelawan.
Kalau seorang ibu rumah tangga dengan segudang kegiatannya, baik di dalam dan di luar rumah, aktifitas-aktifitas online-nya, sukarelawan dan yang tidak, masih dapat menghasilkan sebuah karya cipta dalam dunia tulis-menulis, maka saya yakin mereka yang masih single, belum berkeluarga akan dapat melakukan hal-hal yang lebih besar daripada itu. Bagaimana? Setujukah Anda dengan pernyataan saya tersebut? (*)
Penulis: Ibu rumah tangga, Wal-Mart Associate, pekerja sukarelawan di dunia pendidikan di AS dan media online HOKI
Sebuah pernyataan umum yang sering kita dengar dan sudah tidak asing lagi di telinga kita adalah Time is Money. Sebenarnya apakah artinya? Secara sederhana megartikan bahwa waktu adalah uang, namun apabila kita telaah lebih mendasar lagi, menurut saya pernyataan itu mengartikan bahwa waktu itu sangatlah berguna, sehingga selayaknyalah kita bijaksana dalam memanfaatkannya.
Status sebagai seorang wanita yang telah berkeluarga dan telah memiliki putra-putri, tentu sangat menguras tenaga dan pikiran, apalagi bila ada embel-embel berikutnya, yaitu bekerja di luar rumah ditambah melakukan beberapa aktifitas sukarelawan, plus kegiatan tulis-menulis. Ini belum seberapa bila dibandingkan ada anggota keluarga yang sakit. Siapakah yang paling repot? Tentu saja seorang Ibu. Belum lagi setiap hari harus memikirkan kira-kira makanan apa yang akan disantap oleh keluarga, baik untuk sarapan pagi, makan siang dan makan malam, ditambah urusan sekolah yang paling tidak seorang Ibu harus mempersiapkan keperluan sekolah atau membantu mengajar anak-anaknya.
Kondisi di atas adalah sebuah contoh yang saya alami sendiri tanpa bantuan seorang pembantu rumah tangga. Dapatkah Anda membayangkan bagaimana sibuknya diri saya? Bahkan dalam kurun waktu sekitar delapan bulan saya dapat menyelesaikan penulisan sebuah novel pertama tanpa melalaikan semua tugas satu pun di atas. Tambahan aktifitas tersebut sangat menguras energi, pikiran dan emosi, apalagi novel tersebut ditulis dalam bahasa kedua saya, yaitu bahasa Inggris. Seminggu setelah menyelesaikan total penulisan, saya tak menyentuh notebook yang biasa saya gunakan untuk menulis novel tersebut. Saat itu pun saya baru sadar betapa besarnya energi, pikiran dan emosi yang terlibat selama kurun waktu penulisan tersebut. Kalau boleh saya katakan, tak ada satu pun kagiatan lainnya yang terganggu, berarti ada satu hal lainnya yang harus saya korbankan. Apakah itu? Tak lain adalah waktu tidur saya yang berkurang.
Saya sadar apabila ingin mencapai sesuatu tujuan yang diinginkan akan ada sesuatu yang harus dikorbankan Dalam hal ini adalah mengurangi waktu tidur saya. Bila Anda memiliki waktu tidur antara 8-10 jam per hari, maka saya berkurang setengahnya. Meskipun begitu ada sesuatu kenikmatan dan kepuasan dalam hati yang tak dapat dibayar oleh apa pun setelah menyelesaikan penulisan itu hingga tuntas, dan itu merupakan obat yang mujarab sepanjang masa.
Apabila Anda pernah mendengar seseorang yang belum berkeluarga dan menyukai dunia tulis-menulis mengatakan tak ada waktu untuk menulis, maka saya katakan orang yang bersangkutan kiranya perlu mengoreksi pernyataannya. Hasrat yang tinggi disertai tekat bulat akan mengalahkan segalanya, termasuk waktu itu sendiri. Ini bukan berarti orang tersebut harus mengurangi waktu tidurnya sebanyak mungkin. Tentu tidak. Maksudnya, waktu itu pasti ada bila diusahakan karena ada niat atau minat yang lebih populer disebut dengan hasrat. Mengambil waktu satu jam untuk menulis setiap minggu tentu ada, apalagi umumnya waktu untuk bekerja adalah selama lima hingga enam hari dalam seminggu. Tentu saja ini berlaku tidak hanya di dunia tulis-menulis, tetapi juga untuk dunia yang lainnya, entah itu untuk sekedar mengembangkan hobi lainnya ataukah untuk berkegiatan sukarelawan.
Kalau seorang ibu rumah tangga dengan segudang kegiatannya, baik di dalam dan di luar rumah, aktifitas-aktifitas online-nya, sukarelawan dan yang tidak, masih dapat menghasilkan sebuah karya cipta dalam dunia tulis-menulis, maka saya yakin mereka yang masih single, belum berkeluarga akan dapat melakukan hal-hal yang lebih besar daripada itu. Bagaimana? Setujukah Anda dengan pernyataan saya tersebut? (*)
Penulis: Ibu rumah tangga, Wal-Mart Associate, pekerja sukarelawan di dunia pendidikan di AS dan media online HOKI
Monday, January 4, 2010
Pesan Akhir Tahun
Tulisan ini telah dipublikasikan di KabarIndonesia (tulisan ke-85)
Tidak terasa waktu berlangsung begitu cepat. Rasanya baru saja kita merayakan Tahun Baru beberapa bulan yang lalu dan akhirnya sampailah kita di penghujung tahun. Apakah kita pernah berpikir berapa usia kita nanti di tahun 2010?? Sadarkah kita bahwa kita akan semakin bertambah usia??
Saya sadar bahwa usia tidak pernah akan mundur tetapi terus maju alias semakin bertambah. Itu menandakan bahwa kita semakin tua tahun demi tahun. Namun begitu secara jujur hati saya tak pernah merasakan tua. Rasanya sama seperti sewaktu pertama kali bertemu dengan calon pasangan hidup meski rambut berwarna putih sudah mulai tumbuh satu per satu dan rekan-rekan di tempat kerja masih memanggil saya "Miss" atau "Young Woman". Padahal apabila mereka mengetahui usia saya, kemungkinan kedua mata mereka akan terbelalak.
Memang benar saya tampak lebih muda dari usia saya. Pernah suatu kali ada sebuah pertanyaan dilontarkan kepada saya, kira-kira apa resep awet muda itu. Oleh karena saya tidak siap menjawab pertanyaannya, maka dengan bercanda saya jawab asal saja bahwa saya banyak minum air putih dan makan sayur-mayur. Namun dalam hati saya yakin bahwa unsur utama yang membuat kita awet muda adalah hati kita. Sayangilah sesama Anda seperti menyayangi diri sendiri! Tampaknya mudah tetapi tidak. Nikmatilah hidup ini dan berbahagialah! Tampaknya mudah menjalankannya tetapi tidak juga terutama bagi mereka yang memiliki tingkat ekonomi yang lemah atau yang sedang terjerat hutang. Walaupun begitu hingga sekarang saya pun masih tetap menikmati hidup ini meski sewaktu menulis tulisan ini sedang dilanda batuk dan sakit tenggorokan. Kekayaan pun tidak dimiliki, namun terus terang saya kaya cinta kasih. Cinta kasih ini sangat penting karena sebagai sumber dukungan dalam meraih cita dan harapan, dan cinta serta dukungan dari keluarga dan mereka yang hidup di sekitar kita adalah sangat penting.
Berbicara mengenai cita dan harapan, keduanya membutuhkan tantangan. Tantangan akan membawa kita melangkah lebih maju dan mengarahkan kita menjadi sosok yang positif. Tanpa tantangan, kita tak akan pernah tahu kemampuan kita masing-masing yang telah kita miliki. Jadilah seorang Pemenang meskipun kita belum pernah menjadi Pemenang sekali pun, tetapi kita memiliki hati sebagai seorang Pemenang. Buatlah hidup kita menjadi ladang berkat untuk sesama. Di sanalah kita akan memahami arti hidup ini.
Sebelum mengakhiri tulisan ini, sebuah link video lagu yang berjudul "One Moment in Time" kiranya dapat memberikan inspirasi kepada kita masing-masing:
Selamat Menyongsong Tahun Baru dengan Semangat Baru!!!
Tidak terasa waktu berlangsung begitu cepat. Rasanya baru saja kita merayakan Tahun Baru beberapa bulan yang lalu dan akhirnya sampailah kita di penghujung tahun. Apakah kita pernah berpikir berapa usia kita nanti di tahun 2010?? Sadarkah kita bahwa kita akan semakin bertambah usia??
Saya sadar bahwa usia tidak pernah akan mundur tetapi terus maju alias semakin bertambah. Itu menandakan bahwa kita semakin tua tahun demi tahun. Namun begitu secara jujur hati saya tak pernah merasakan tua. Rasanya sama seperti sewaktu pertama kali bertemu dengan calon pasangan hidup meski rambut berwarna putih sudah mulai tumbuh satu per satu dan rekan-rekan di tempat kerja masih memanggil saya "Miss" atau "Young Woman". Padahal apabila mereka mengetahui usia saya, kemungkinan kedua mata mereka akan terbelalak.
Memang benar saya tampak lebih muda dari usia saya. Pernah suatu kali ada sebuah pertanyaan dilontarkan kepada saya, kira-kira apa resep awet muda itu. Oleh karena saya tidak siap menjawab pertanyaannya, maka dengan bercanda saya jawab asal saja bahwa saya banyak minum air putih dan makan sayur-mayur. Namun dalam hati saya yakin bahwa unsur utama yang membuat kita awet muda adalah hati kita. Sayangilah sesama Anda seperti menyayangi diri sendiri! Tampaknya mudah tetapi tidak. Nikmatilah hidup ini dan berbahagialah! Tampaknya mudah menjalankannya tetapi tidak juga terutama bagi mereka yang memiliki tingkat ekonomi yang lemah atau yang sedang terjerat hutang. Walaupun begitu hingga sekarang saya pun masih tetap menikmati hidup ini meski sewaktu menulis tulisan ini sedang dilanda batuk dan sakit tenggorokan. Kekayaan pun tidak dimiliki, namun terus terang saya kaya cinta kasih. Cinta kasih ini sangat penting karena sebagai sumber dukungan dalam meraih cita dan harapan, dan cinta serta dukungan dari keluarga dan mereka yang hidup di sekitar kita adalah sangat penting.
Berbicara mengenai cita dan harapan, keduanya membutuhkan tantangan. Tantangan akan membawa kita melangkah lebih maju dan mengarahkan kita menjadi sosok yang positif. Tanpa tantangan, kita tak akan pernah tahu kemampuan kita masing-masing yang telah kita miliki. Jadilah seorang Pemenang meskipun kita belum pernah menjadi Pemenang sekali pun, tetapi kita memiliki hati sebagai seorang Pemenang. Buatlah hidup kita menjadi ladang berkat untuk sesama. Di sanalah kita akan memahami arti hidup ini.
Sebelum mengakhiri tulisan ini, sebuah link video lagu yang berjudul "One Moment in Time" kiranya dapat memberikan inspirasi kepada kita masing-masing:
Selamat Menyongsong Tahun Baru dengan Semangat Baru!!!
Subscribe to:
Posts (Atom)