Showing posts with label Bahasa Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Bahasa Indonesia. Show all posts

Saturday, December 26, 2020

Aku Bersedia (Puisi)

Aku seorang gadis perawan

memiliki tunangan seorang tukang kayu

Suatu hari aku mendapat pesan

benih hidup akan ditanam

dalam rahimku

Bagaimana aku bisa menolak

jika benih itu akan menyelamatkan manusia

dan membawa kedamaian di bumi

Sulit mengatakan "Ya"

dan juga sulit mengatakan "Tidak"

Aku hanya seorang gadis perawan

tak memiliki kekuatan atau apa pun

Dengan kerendahan hatiku yang terdalam

aku hanya punya sedikit kata untuk kuucapkan

"Aku bersedia" untuk Tuhan yang Maha Kuasa



Diterjemahkan dari I'm Available

22 Desember 2020


Dipersembahkan untuk SaPa (Sastra dan Seni Rupa) Kristiani November 2020-Maret 2021

Saturday, April 11, 2020

Berkat di Balik Wabah Corona

Berkat di Balik Wabah Corona

KabarIndonesia - Tahun 2020 ini merupakan tahun bersejarah bagi dunia. Siapa yang tak kenal Covid-19? Makhluk kasat mata ini menjadi populer di mana-mana saat ini. Dia bukan pahlawan dunia yang umumnya dikenang sepanjang masa melainkan sebuah musuh yang dikenal oleh masyarakat seluruh dunia. 

Setelah himbauan dari Gubernur negara bagian Pennsylvania berkumandang, hari Senin pagi, 16 Maret, saya putuskan untuk berangkat kerja dengan menyetir mobil melalui jalan pintas (bypass) yang biasanya selalu saya hindari karena kemacetan di pagi hari. Saat itu suasananya sangat lengang. Untuk pertama kalinya saya jarang mengerem berkali-kali. Mengerem hanya untuk perhentian sebelum lampu merah atau pada saat sebelum membelok. Untuk tiba di kantor ternyata hanya membutuhkan waktu dua puluh menit dibandingkan tiga puluh menit untuk hari-hari kerja dari Senin hingga Jumat bila tak ada kemacetan. Beda sepuluh menit, tentu hasilnya berbeda. Tiba di kantor lebih awal, saya tak perlu terburu-buru mempersiapkan ini dan itu dari menyalakan komputer hingga membuat minuman hangat beserta sarapan ringan sebelum memulai pekerjaan.  

Hari itu adalah hari pertama dihimbau untuk tinggal di rumah. Semua tempat-tempat bisnis diperintahkan untuk tutup, terutama restoran dan mall, termasuk semua sekolah dan universitas kecuali bisnis-bisnis tertentu, misalnya rumah sakit, tempat-tempat praktek privat para dokter, toko-toko retail, bank, dan beberapa lainnya termasuk perusahaan tempat saya bekerja yang bergerak di bidang pemrosesan data/pembayaran. Umumnya banyak perusahaan menonaktifkan pegawainya atau mempekerjakan mereka di rumah.   

Beberapa hari berikutnya amanat dari pemerintah pusat semakin diperketat disebabkan semakin banyak orang yang terinfeksi dan jumlah yang meninggal akibat terjangkit Covid-19 pun meningkat. Himbauan tinggal di rumah diperpanjang dari 14 hari menjadi sebulan. Bank-bank dan rumah sakit serta tempat-tempat praktek privat para dokter yang awalnya dibuka, tak lagi menerima para pelanggan dan pasien. Loket-loket dalam bank ditutup dan hanya melayani lewat pelayanan loket luar untuk para pengendara. Mereka mendorong para pelanggannya untuk menggunakan pelayanan online. Demikian juga rumah sakit. Mereka tak menerima kedatangan para pasien, melainkan berkonsultasi lewat telepon atau video. Tentu saja ruang gawat darurat masih terbuka untuk para pasien yang benar-benar memerlukan pertolongan.   Setiap kali dalam perjalanan pulang kerja dari kantor yang mengambil jalan lain, melewati daerah perbisnisan dan rumah-rumah penduduk, saya menjadi sedih. Tak hanya jalanan saja yang lengang, tapi juga tak tampak banyak orang berseliweran di pertokoan dan jalan-jalan. Rumah-rumah penduduk yang biasa saya lewati semula tak tampak banyak mobil di depan atau di samping rumah mereka. Saat itu hampir semua rumah yang saya lewati tampak memiliki mobil yang diparkir termasuk di jalan-jalan di depan rumah mereka. Itu menunjukkan para penghuninya semua berada di rumah, tidak bekerja dan tidak bersekolah.  

Tak hanya itu saja, seminggu sesudah penutupan tempat-tempat bisnis, sudah banyak pegawai yang dinonaktifkan, sehingga banyak yang mengajukan permohonan ke pemerintah untuk mendapatkan dana pengangguran (unemployment fund). Tentu saja itu diperlukan untuk kebutuhan-kebutuhan dasar seperti kebutuhan hidup sehari-hari dan pembayaran tagihan bulanan. Melihat itu semua, saya melihat balik kepada diri saya, suami, dan putri saya. Saya bersyukur bahwa kami semua sehat walau sejujurnya saya sendiri setiap saat berpikir, bahwa siapa saja dapat terjangkit virus mematikan ini. Siapa yang tak khawatir? Dalam pikiran saya sudah terbayang bagaimana mereka yang sudah ditinggalkan oleh orang-orang terkasih mereka karena penyakit ini, juga banyak tenaga medis yang meninggal setelah bertugas menolong pasien-pasien korban penyakit tersebut. Apa yang terjadi bila itu terjadi pada anggota keluarga saya. Bagaimana saya? Bagaimana putri dan suami saya? Tentu saja masih banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya yang berkecamuk dalam pikiran.

Saat saya menulis tulisan ini, sudah banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan berharap mendapatkan dana pengangguran secepatnya. Setelah itu entah kapan mereka berkesempatan untuk mendapatkan pekerjaan lagi. Wabah virus ini tentu akan memakan waktu lama untuk membuat dunia bisnis kembali normal. Melihat itu semua, saya bersyukur. Beberapa pekerjaan yang saya miliki masih berjalan semua bahkan semakin ramai. Walau begitu, kondisi pun tak dapat diprediksi. Kondisi buruk dapat terjadi kapan saja dan untuk siapa saja. Hal ini membuat saya berlutut dengan penuh kerendahan hati. Saya benar-benar memanjatkan puji syukur kepada Tuhan atas pemeliharaannya selama ini. Kebutuhan sehari-hari dan tagihan-tagihan bulanan masih dapat dipenuhi tanpa interupsi. Hal ini tetap mengingatkan jika saya sekeluarga harus bijaksana dalam menggunakan berkat Tuhan dalam situasi seperti saat ini untuk hal-hal lainnya di luar prediksi.  

Lalu bagaimana dengan sekolah putri saya? Sebagaimana halnya dengan anak-anak lainnya, tentu putri saya mengalami hal yang sama dengan mereka, yaitu mengalami cara belajar dan mengajar dari tatap muka menjadi pertemuan online. Tentu tak menjadi masalah karena aktivitas online sudah tak asing baginya. Namun ada satu hal yang saya perhatikan di sini yang mana berkat Tuhan dinyatakan dalam dirinya. Putri saya mendapatkan lebih banyak waktu beristirahat dan beradaptasi dengan tugas-tugas sekolah yang sudah ia tinggalkan selama lebih dari dua bulan karena diopname. Kalau seandainya dia tetap masuk sekolah, sangat sulit baginya untuk mengatur waktu mengejar ketinggalan dari tugas-tugas sekolah. Dengan adanya tinggal di rumah, putri saya lebih banyak memiliki waktu dan berkonsentrasi untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut, plus proses penyembuhannya pun menjadi lebih cepat. Walau begitu dalam benak saya merasa kasihan dengan anak-anak yang masih diopname di rumah-rumah sakit. Tentu para orang tua dan anggota keluarga tak diperkenankan menengoknya atau mungkin diperkenankan tetapi tetap menjaga jarak sekitar dua meter. Dengan begitu mereka tak dapat menyentuh dan memeluk anak-anak mereka. Tambah menyedihkan apabila anak-anak mereka masih di bawah umur yang masih butuh pelukan dan belaian. Mungkin saja para orang tua atau anggota keluarga mengenakan pakaian PPE (Personal Protective Equipment) untuk dapat bertemu dengan mereka. 

Kekhawatiran saya semakin bertambah saat mengetahui salah satu murid virtual saya ternyata serumah dengan seorang perawat yang sedang merawat pasien-pasien yang terinfeksi Covid-19. Pesan saya kepadanya agar berhati-hati menjaga jarak dan kebersihan dengannya, apalagi rekan serumahnya memiliki anjing. Di akhir percakapan di kelas virtual, saya himbau kepadanya untuk berdoa selain untuk diri sendiri, keluarga, dan teman-teman, juga untuk semua para tim medis agar mereka diberi kekuatan, kesehatan, dan terhindar dari infeksi penyakit tersebut.  

Seusai mengajar malam itu, saya bagikan cerita murid itu kepada suami saya. Di luar perkiraan, dia menanggapi cerita tersebut dengan berkata, “Kalau aku masih bertugas sebagai perawat, saya tidak akan pulang ke rumah. Saya akan tinggal di tempat lain. Saya akan berisiko tinggi tertular penyakit tersebut.” Saat mendengarnya, rasanya ingin berlari mendekapnya dan bersyukur dia sudah tak bertugas lagi sebagai perawat. Tetapi keinginan untuk mendekapnya batal. Saya harus menjaga jarak terutama saat dia sedang mendapatkan serangan batuk. Namun begitu di lubuk yang mendalam, hati saya menangis, sebuah tangisan hati ucapan syukur karena suami saya berada di rumah dengan istri dan putrinya yang sehat.

Sesudah kejadian tersebut, pikiran dan hati saya tidak tentram. Saya sepertinya membutuhkan sesuatu untuk tetap beriman teguh dan berpengharapan kepada Tuhan. Sehari kemudian, saya melihat satu postingan di salah satu grup di facebook. Sebuah doa lengkap yang dikirim oleh seorang admin di grup tersebut. Setelah membacanya, hati saya menjadi tentram. Tulisan doa itu mengingatkan saya bahwa ada banyak orang-orang lain yang berdoa dengan topik yang sama. Saya yakin bahwa dukungan doa orang-orang beriman tidaklah sia-sia. Tuhan akan mendengarkan dan menjawabnya. Tinggal kita patuh atau tidak dalam menjalankan amanat-Nya sebagai hamba-Nya atau sebagai pemimpin bangsa yang dipilih sebagai tangan perantara-Nya untuk menolong bangsanya. Untuk itulah di bawah ini saya sertakan kutipan doa tersebut yang sudah saya terjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Mungkin bermanfaat dan meneguhkan kita semua di masa-masa sengsara dan tanda-tanda akhir zaman yang sudah ditampakkan.

“Tuhan, kami terus menjalani pandemi ini dan kami harus mengakui, itu tidak mudah. Tuhan, kami terbiasa berpergian. Kami memahami kebutuhan kami untuk memperlambat dan menghabiskan lebih banyak waktu sendirian dengan-Mu. Kami meminta-Mu membantu untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan kami untuk merayakan Firman-Mu dan menyembah-Mu dalam doa dan pujian. Tuhan, kami tidak tahu berapa lama hal ini akan berlangsung, tetapi kami berterima kasih karena telah memberi kami waktu untuk menyalakan kembali cinta dan hubungan kami dengan-Mu. Tuhan, kami memohon berkatilah kami masing-masing hari ini dengan kehadiran-Mu yang berharga. Berbicaralah kepada kami hari ini, ya Tuhan. Tuhan, tolong kami mendengarkan apa yang ingin Engkau katakan kepada kami. Bantu kami untuk mengambil keuntungan dari peluang yang kami miliki untuk menjadi saksi bagi-Mu di hadapan keluarga kami, secara online, dan di mana pun Engkau membuka pintu bagi kami. Tuhan, tolonglah kami untuk memperhatikan kebutuhan kami untuk menjunjung tinggi pemimpin publik dan spiritual kami dalam doa. Bantu kami untuk mengingat dan juga berdoa bagi para petugas kesehatan yang menempatkan diri mereka dalam risiko harian merawat mereka yang terkena virus ini. Kami juga memohon kepada-Mu menjaga polisi, petugas pemadam kebakaran, dan orang lain yang melayani untuk melindungi dan membantu kami. Tuhan, tolonglah kami untuk keluar dari masa yang tidak biasa ini dalam sejarah kami sebagai orang-orang beriman yang kuat dan para pelayan serta saksi yang lebih baik untuk-Mu. Di dalam nama Yesus; kami berdoa.” ((Jim Hughes, Admin pada grup Christian Authors Book Marketing Strategies di facebook)***

Diterbitkan di HOKI, 9 April 2020

Friday, August 31, 2018

Peran Serta Ita Siregar dalam Mengembangkan Dunia Sastra Kristen di Indonesia

Peran Serta Ita Siregar dalam Mengembangkan Dunia Sastra Kristen di Indonesia

Berkenalan dengan sosok Ita Siregar beberapa tahun lalu bukanlah suatu hal yang kebetulan. Saya bertemu dengannya lewat salah satu media sosial terbesar di dunia, yaitu facebook, melalui sebuah grup penulisan. Facebook memungkinkan siapa pun berkenalan dengan mudah walau berada dengan jarak yang berbeda ribuan mil. 

Lulusan dari Universitas Padjajaran Bandung, Fakultas Komunikasi, jurusan Jurnalistik ini sudah menulis sejak SMP kelas tiga. Cerpen-cerpennya pernah dimuat di majalah Anita Cemerlang (sekarang sudah tidak ada), Femina, Media Indonesia, dan lain-lain. Ia juga seorang penulis biografi dan novel. Ternyata perannya yang aktif di kancah dunia sastra membawa dirinya mulai turut andil dalam mengembangkan literatur Kristen Indonesia khusus di bidang sastra. Tentu kita patut menyambutnya dengan baik, mengingat masih tidak banyak para penulis Kristen yang berperan aktif dalam dunia penulisan sastra di Indonesia.

Untuk lebih mengenal lebih dekat mengenai sosok yang seringkali membantu Federasi Teater Indonesia yang diketuai oleh Radhar Panca Dahana, seorang budayawan Indonesia, dan bersama teman-temannya pernah mengadakan acara Festival Sastra dan Rupa Kristiani 2010, mari ikuti wawancara berikut ini:

1. Salah satu peran aktif Anda di dunia sastra adalah di Majalah Litera. Majalah apakah itu dan apa yang menjadi tanggung jawab Anda di susunan Tim Majalah Litera? Apakah Anda adalah penemu/penggagasnya termasuk yang memimpinnya?

Majalah Litera adalah majalah sastra yang mengutamakan tema-tema kemanusiaan-keberagaman-spiritualitas. Saya menggagas majalah ini. Sebelumnya adalah Majalah Kebuncerita dan Website kebuncerita.com sejak 2013. Kemudian Desember 2016 ganti menjadi Litera dan Website Litera.id seiring Penerbit Komunikasi Bina Kasih mengadopsi Majalah Litera di bawah naungannya.


Awalnya saya tertarik dengan cerita-cerita dalam Kitab Suci (Alkitab) dan sering membayangkan menulis ulang cerita-cerita itu dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi bila cerita dikembangkan atau ditarik ke masa sekarang, atau diperhadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan aktual masa kini. Membaca dengan cara ini memungkinkan dan membebaskan saya melihat hal-hal baru dilihat dari sisi budaya di mana teks itu dibuat dengan konteks saya sekarang. Banyak hal yang bisa terlibat dan dilibatkan di sana. Begitulah sebenarnya kita bisa menulis cerita-cerita kita sendiri berdasarkan kitab suci. Karena pada dasarnya menurut saya, kisah dalam kitab suci itu adalah model atau sejarah bagaimana manusia dapat bertahan hidup atau mempertahankan kehidupan karena peran Tuhan di dalamnya. 

Lama setelah itu, saya bertemu beberapa orang, terutama dengan teolog yang mengatakan bahwa dalam teologi ada yang disebut dengan reading bible with new eyes atau membaca Alkitab dengan mata baru. Konsep ini digagas oleh para teolog Taiwan dan meluas di seluruh Asia karena kenyataan kemiskinan di Asia dan pada umumnya penduduknya multi agama/keyakinan/etnik. Selama ini mimbar-mimbar gereja kita memandang dengan atau secara (tafsir) barat, yang cenderung melihat dari atas ke bawah (pemenang, anak sulung, bangsa terpilih, Allah yang berpihak, dan lain-lain. Tampaknya kurang mendalami cerita dari bawah ke atas (misalnya dari sisi budak, pekerja, istri kedua, bangsa tidak terpilih, bangsa dengan dewa-dewa dan kebudayaan yang berbeda, danlain-lain). Dalam hal ini penceritaan kembali kisah-kisah dalam kitab suci secara sastra akan melengkapi apa yang bolong atau melonggarkan kepadatan cerita, menemukan benang merah, makna baru, danlain-lain, dan tentu saja kekayaan cerita-cerita yang baru dengan berbagai versi (etnik, latar belakang, budaya, dll).

Sebenarnya beberapa penulis (kristiani) telah memproduksi karya-karya tersebut dalam bentuk cerpen atau puisi secara individu. Dalam hal ini, Majalah Litera berharap menjadi wadah untuk menghadirkan karya-karya serupa, non denominasi. Siapa pun pembaca Kitab Suci boleh menceritakan ulang resepsinya ketika membaca. Cerita-cerita ini akan terbuka untuk dibaca oleh siapa pun, kita dan sesama (baca: yang berkeyakinan atau agama lain), untuk dipahami oleh mereka, bahwa kita pun memiliki cerita-cerita berikut konflik dan masalah sendiri dalam meresepsi kitab suci dalam keseharian kita. Demikian singkatnya.     
 
 Sedianya Majalah ini hadir rutin ke pembacanya namun belum dapat memenuhi harapan, yang terutama alasan dana dan karya-karya yang bagus, belum secara reguler didapat. Masih terus berjuang menghadirkan yang terbaik meski sampai sekarang belum memuaskan. 

Susunan Tim Litera adalah teman-teman relawan yang bersedia membantu dan bekerja dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan Litera. 

2. Sudah berapa lama Majalah Litera ini terbit? Apa yang menjadi potensi utama sehingga Majalah Litera ini terbit?

Majalah Litera terbit sejak Desember 2016. Namun sampai sekarang masih berhasil 3 edisi cetakan baru. Potensi terutama di Indonesia adalah kantong-kantong Kristen - katakanlah Batak, Nias, Toraja, Manado, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Papua, Jawa, Sunda - yang, dalam menerima kitab suci dan berusaha patuh dan taat pada firman, ada tarik-ulur, berkenaan dengan benturan dengan agama lokal yang lebih dulu ada. Cerita-cerita itu belum pernah dengan serius diadakan dan digarap dengan benar. Kalau terjadi, hal itu akan menjadi parade cerita yang sangat-sangat menarik. Kita akan belajar dari identitas diri kita, sejarah kita di belakang, terutama bagaimana gereja-gereja tradisi dibentuk, dan berusaha bertahan hidup.
  

3. Apa misi dan visi Majalah Litera ini dan di mana lokasi kantor redaksinya?

Visi Litera adalah masyarakat/gereja yang literer dan bereligiositas. Misi, menghadirkan/memproduksi sastra berdasarkan kitab suci, yang mengangkat nilai-nilai kristiani sebagai sumbangan bagi khazanah sastra Indonesia.Litera berkantor di Gedung Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jl Letjen Suprapto 30D-E, Cempaka Putih, Jakarta Pusat. 

4. Apa alasan dan tujuan Majalah Litera memilih sebelas cerpen di antara puluhan cerpen lainnya yang telah diterbitkan sebelumnya dan menjadikannya sebagai sebuah buku kumpulan cerpen berjudul Rahel Pergi ke Surga Sendiri?

Sebelas cerpen ini memudahkan orang mengoleksi dan menikmati cerita-ceritanya, dan memperkenalkan (lagi) model-model cerita yang memungkinkan dari gagasan sastra kitab suci  ini.
 

5. Apa rencana Redaktur Majalah Litera setelah penerbitan buku tersebut?

Bersama Seruni (Seni Rupa Kristiani) dan PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) Biro Pemuda & Remaja akan menyelenggarakan Festival Sastra & Rupa Kristiani pada Mei 2018.  

6. Siapakah target pembaca buku kumpulan cerpen tersebut dan bagaimana mendapatkannya?

Target pembaca terutama gereja dan mereka yang menyukai sastra. Buku tersebut sementara ini didapat secara online, Iklannya dapat dilihat di medsos Majalah Litera. Berikutnya akan ada di toko-toko buku Kristen seperti TB BPK Gunung Mulia, TB Immanuel, TB Kalam Hidup. Sementara baru di Jabodetabek dan Bandung. Di luar daerah tersebut dapat memesan via online. 

7. Bagaimana pembaca memperoleh Majalah Litera secara cetak dan membacanya secara online?

Majalah Litera cetak dapat dibeli di TB BPK Gunung Mulia, TB Immanuel, TB Kalam Hidup, dan secara online melalui pemesanan ke redaksi@litera.id. Majalah Litera digital bisa didapat dengan men-download aplikasi HIGO terlebih dahulu, kemudian cari Litera. 
8. Apabila ada penulis yang berminat mengirimkan karyanya, bagaimana prosedur pengirimannya?

Pengiriman cerpen atau puisi dikirim ke redaksi@litera.id. Harapan saya semoga lebih banyak yang mengirimkan cerpen dan puisinya.(*)


* Keterangan Foto: saat Ita membantu Federasi Teater Indonesia pada acara Kebudayaan dan Presiden tahun 2014.


Artikel di atas telah tayang di HOKI, 13 Feb 2018

Fida Abbott Promosikan Batik Melalui Peluncuran Buku Hibridanya

Fida Abbott Promosikan Batik Melalui Peluncuran Buku Hibridanya

Bila Anda salah satu penyinta media Harian Online KabarIndonesia (HOKI), maka nama Fida Abbott sudah tak sing lagi. Kiprahnya di HOKI sebagai salah satu pewarta warga sudah dimulai sejak bulan Desember 2006. Beberapa bulan kemudian, ia mendapatkan penawaran bergabung sebagai salah satu tim editor sukarelawan di HOKI. Oleh karena ketekunan dan kerajinannya, ia mendapatkan kepercayaan sebagai Redaktur Pelaksana. Beberapa tahun kemudian saat HOKI tak memiliki Pimpinan Redaksi, ia yang mengambil alih tugas tersebut walau secara formal ia tak menduduki jabatan tersebut. Dengan keberhasilannya membawa HOKI terus berkibar walau tersendat-sendat dan sangat lamban jalannya karena faktor kesibukan kerja dan tanggung jawabnya sebagai seorang istri dan ibu, ia akhirnya tampil sebagai Direktur HOKI pada bulan Januari 2017.

"Arek Suroboyo" yang tinggal di negara bagian Pennsylvania sejak tahun 2002 ini baru saja meluncurkan buku terbarunya berjudul Exploring My ideas. Buku tersebut adalah perpaduan antara kumpulan sepuluh cerpennya dengan berbagi cerita tentang ide yang didapatkan untuk menulis sepuluh cerpen. Tak hanya itu, karena terdapat panduan singkat dan praktis mengimplemantiskan ide dalam susunan cerita, dan diakhiri dengan tips yang singkat, padat, serta informatif bagi para penulis pemula di Amerika Serikat.

Acara peluncuran buku Exploring My Ideas diadakan di Stone Hall, Episcopal Church of the Trinity, Coatesville pada Sabtu, 4 Agustus 2018. Salah satu yang menarik pada acara ini adalah kesempatan yang diambilnya untuk memromosikan batik dalam acara lelang. Di sebuah baki rotan yang berukuran cukup besar, ia menawarkan kedua bukunya berjudul Enthusiasm dan Exploring My Ideas beserta asesorisnya, sebuah buku berkebun, dua buah piring dan dua buah mangkok kedawung buatan Indonesia, produk-produk makanan dan minuman Indonesia, taplak meja batik, dan sebuah kain batik. Pemenangnya adalah penawar tertinggi yang dimenangkan oleh Stuart Deets dengan harga tawar sebesar USA $125.00. Total lelang dan bantuan dana yang diterima di acara peluncuran buku tersebut akan diberikan kepada Episcopal Church of the Trinity yang akan menyelanggarakan hari jadinya ke-150 bulan Oktober mendatang.

Acara khusus dan privat ini dihadiri oleh empat puluh enam orang yang juga dimeriahkan oleh Tiger Paw Trio yang menampilkan tiga permainan "string" untuk tiga buah musik klasik, yaitu Saturday at the Symphony, Brandenburg Concerto No. 3, dan Jesu, Joy of Man's Desiring; dan Noel Bourgeois yang bermain piano dengan berbagai jenis lagu yang dimainkannya. Acara peluncuran buku tersebut diakhiri dengan door prize dan penandatanganan buku.

Fida berharap buku Exploring My Ideas akan memberikan inspirasi kepada penulis pemula untuk berani berimajinasi dengan bebas dan menampilkan karya-karyanya, baik untuk kalangan sendiri atau secara profesional melalui media online. Meski baru saja diluncurkan, Fida sudah mendapat tawaran untuk menberikan pelatihan menulis berkolaborasi dengan para pelatih lainnya di sebuah perpustakaan di Coatesville. Sedangkan untuk mendapatkan bukunya, saat ini sudah tersedia online di Xlibris, Amazon, Barnes & Noble, Ingram, Baker & Taylor, dan took-toko buku online lainnya baik dalam versi hardcover, paperback, dan eBook (Kindle, Nook, dan sebagainya).

Ditanya rencana apa yang akan dikerjakannya setelah itu, ia tersenyum dan menjawabnya: "Akan saya terjemahkan ke Bahasa Indonesia dan menyusun kembali bab terakhir khusus untuk para pembaca dan penulis di Indonesia. Semoga ada penerbit di Indonesia yang berminat menerbitkannya di Indonesia sehingga buku itu pun akan berguna bagi masyarakat Indonesia." (*) 


Keterangan foto dari kiri ke kanan: Stuart Deets yang memenangkan lelang, Sherry Deets adalah penggembala sidang jemaat Episcopal Church of the Trinity, dan Fida Abbott yang mengenakan atasan batik. (Foto oleh Gregory Abbott)


* Artikel di atas telah tayang di HOKI, 10 Agustus 2018

Thursday, November 17, 2016

Dunia Anak, Dunia Penulis




Empat belas tahun lalu, tepatnya di bulan Agustus 2012, beberapa hari sebelum keberangkatan saya ke Amerika Serikat, saya berkunjung ke toko buku Gramedia di Tunjungan Plaza, Surabaya. Ada beberapa pesanan dari seorang rekan yang tinggal di Texas untuk membawa buku-buku resep masakan Indonesia. Saya yang doyan membaca, kalau sudah masuk ke toko buku bisa berjam-jam. Setelah menemukan beberapa buku pesanannya, saya mengunjungi rak-rak setiap genre buku dan melihat judul-judul buku yang menarik perhatian. Siapa tahu saya tertarik dan membelinya.

Ada satu hal yang menjadi sorotan saya, yaitu rak genre untuk buku anak-anak tidaklah banyak. Jumlah buku-bukunya dapat dihitung mudah dengan ibu jari. Itu pun kalau saya melewatinya. Menurut saya rak buku anak-anak mendapatkan urutan nomor ke sekian. Buku-buku dewasa yang best-seller atau yang merangsang pembeli seperti buku-buku berisi tips, how to, terutama saduran buku-buku cerita asing yang populer di kedepankan. Saya memakluminya karena itu merupakan salah satu strategi marketing dalam segi penjualan.

Setelah saya tiba di Amerika Serikat, beberapa bulan kemudian suami membawa saya ke toko buku dalam rangka membeli sebuah hadiah. Mata saya yang berwarna coklat muda ini menjadi hijau. Betapa tidak? Yang namanya toko buku, saya merasakan seperti toko 'perpustakaan' buku. Saya menjadi bingung dari mana saya memulai untuk mengunjungi rak yang menarik perhatian saya  karena mereka memajang buku-buku sedemikian rupa sehingga menarik perhatian pembeli dengan mudah. Yang menjadi perhatian saya adalah buku anak-anak pun tak kalah menarik. Mereka dipajang di bagian depan. Dengan gambar-gambar ilustrasi yang menarik, siapa yang tak ingin berhenti dan melihat-lihat isinya? Termasuk saya sendiri. Rak buku anak-anak pun begitu panjang dan memiliki kategori umur, dari balita hingga remaja. Saya terkesan.

Setelah kelahiran putri kami, hadiah-hadiah mengalir dari sanak keluarga dan teman-teman kerja suami. Salah satu yang menarik perhatian saya adalah hadiah buku dan CD untuk bayi, yaitu musik-musik instument klasik para musisi terkenal dunia. Hadiah buku-buku pun terus berdatangan. Dari sanalah saya mengenal buku anak-anak di Amerikan Serikat yang populer dan siapa penulisnya.

Hingga anak saya beranjak memasuki usia remaja, hadiah buku ini tidak pernah berhenti. Putri saya yang sudah diperkenalkan buku sejak usia balita bertumbuh menjadi sosok anak yang gemar membaca. Hasilnya, ia memiliki daya nalar, imajinasi, kemampuan bercerita dan menulis yang tinggi. Ia mampu membaca buku Harry Potter yang tebalnya ratusan itu hanya dalam beberapa hari saja. Tidak hanya itu, ia jitu memberikan penilaian terhadap cerita yang telah dibacanya. Hasilnya, setelah usianya beranjak 12 tahun, ia berhasil lulus dari test yang saya berikan dengan memberikannya tulisan-tulisan saya sendiri dan memintanya memberikan review. Saya terkejut karena tidak menyangka review yang diberikan seperti review yang diberikan oleh anak-anak minimum di sekolah perguruan tinggi. Tidaklah heran kalau selama ini hasil rapornya rata-rata 98-100 untuk semua pelajaran. Hingga saya mengatakan kepadanya, "You are going to be my private editor."      


Intisari apakah yang kita dapatkan dari cerita di atas? Intisarinya adalah buku anak-anak. Buku anak-anak di AS ditulis baik oleh kaum adam dan hawa, dari yang berstatus ibu rumah tangga biasa hingga dokter dan pengacara. Buku-buku yang mereka tulis dapat ditemukan untuk yang masih bayi hingga remaja dan jumlahnya banyak sekali, hingga saya sendiri bingung memilih kalau sudah masuk ke toko buku atau perpustakaan umum.

Diam-diam saya membandingkan dengan pengalaman saya sewaktu masih di Indonesia. Saya merasa prihatin dengan minimnya buku-buku untuk anak-anak Indonesia. Yang populer saat itu adalah majalah Bobo untuk anak-anak dan Hai untuk remaja.

Saya sendiri pun kurang tahu bagaimana keadaannya di perpustakaan-perpustakaan umum di kota-kota/daerah-daerah. Namun setelah berselancar online, tampaknya dunia buku anak-anak di Indonesia sudah mulai diperhatikan dan mulai banyak beredar. Apalagi saya melihat begitu banyak deretan nama-nama penulis cerita anak-anak dan para ilustrator yang berbakat.

Hal tersebut patut disyukuri karena ada kemajuan yang tampak untuk hal tersebut, yaitu semakin banyak buku-buku anak-anak yang terbit, dan saya berharap juga akan semakin banyak menjangkau perpustakaan-perpustakaan lokal dan daerah, apalagi pelosok-pelosok yang susah dijangkau. Hal ini penting sekali mengingat anak-anak adalah masa depan bangsa. Membaca adalah wajib, apalagi di era globalisasi saat ini. Negara yang maju, masyarakatnya gemar membaca. Bagaimana mereka kita harapkan suka membaca kalau tidak ada buku-buku bacaan yang mendukungnya? Sifat gemar membaca ini tentu tidak muncul begitu saja, melainkan harus dimulai sejak usia dini. Lalu siapakah penulisnya? Kenapa bukan Anda sendiri? Kalau Anda suka menulis dan memiliki keinginan untuk menulis cerita dunia anak-anak, mengapa tidak memulainya dari sekarang? Lalu bagaimana caranya?  


Salah satu menjawab pertanyaan ini adalah ikutilah pelatihan menulis anak di Pelatihan Menulis Online HOKI (PMOH) tahun depan. Kemampuan menulis perlu diasah. Dengan latihan dan pengetahuan yagng diberikan, Anda akan memiliki wawasan dan semakin mantap memasuki status baru Anda, yaitu sebagai penulis cerita anak-anak. Di kesempatan ini pula, Anda diberikan kesempatan untuk mendapatkan beasiswa. Caranya pun mudah. Anda hanya turut berpartisipasi dalam Lomba Tulis HOKI 2016 yang diselenggarakan oleh Harian Online KabarIndonesia (HOKI) dan memenangkannya, entah itu sebagai juara pertama, kedua, atau ketiga. Para juara harapan pun mendapatkan voucher untuk mengikuti pelatihan ini. Tidak hanya itu, disediakan pula hadiah-hadiah menarik lainnya. Info lengkap dapat Anda baca di salah satu rubrik Berita Redaksi berjudul LOMBA TULIS HOKI 2016: Rebut Hadiah-Hadiah Istimewa Memperingati HUT HOKI ke-10 Tahun! 

Bila tertarik, tidak perlu menunggu lama untuk segera menulisnya. Kirimkan segera naskah tulisan Anda ke laman www.kabarindonesia.com dengan mengikuti aturan yang diberikan. Ingat, menulis cerita untuk dunia anak-anak tidaklah mudah dan tidak dapat dipandang sebelah mata. Perlu kreatifitas dan kemampuan khusus mengenal dunia anak-anak. Kalau saya sendiri ditanya apakah akan menulis cerita anak-anak. Maka saya akan berpikir dua kali karena bagi saya lebih mudah menulis cerita untuk orang dewasa daripada untuk anak-anak. Jadi kesimpulannya, Anda akan mendapatkan suatu kehormatan khusus bila suatu hari nanti menyandang status baru sebagai Penulis Cerita Anak-Anak. Ayo mulailah dan turut sertalah memajukan dunia anak-anak melalui karya-karya tulis Anda! (*)



Tulisan ini telah ditayangkan di HOKI, 12 November 2016



Thursday, July 28, 2016

Beratnya Menghormati dan Bertoleransi



Idul Fitri sudah lewat. Saya yakin dari minggu lalu sudah banyak pemudik yang kembali ke rumah masing-masing. Lain halnya di Pennsylvania, USA. Tak ada perbedaan saat Idul Fitri tiba, hingga saya pun lupa. Padahal seminggu sebelumnya sudah mengingatnya. Bagaimana saya kembali mengingatnya?

Saat sibuk-sibuknya siang hari kami bekerja di depan layar komputer, tiba-tiba pimpinan perusahaan kami datang dan membawa sekotak besar berbagai macam donat dari Dunkin’ Donuts. Karena jumlah tim kami tidak banyak, maka tak lama donat-donat itu pun habis. Dalam perjalanan pulang ke rumah yang memakan waktu sekitar satu jam perjalanan dengan menyetir mobil, pikiran pun melayang ke pimpinan perusahaan. Pemberian donat siang hari itu mengusik pikiran. Saya bertanya dalam hati, mengapa ia membawa donat-donat tersebut? Saya berpikir pasti ada yang khusus. Saya terus berpikir apakah yang khusus itu? Ulang tahun, bukan. Merayakan Ulang Tahun perusahaan pun bukan. Akhirnya, saya pun baru ingat kalau hari itu adalah hari Idul Fitri dan pimpinan perusahaan adalah muslim, kelahiran Iran. Hal itu membuat saya kecewa, tidak mengucapkan Selamat Idul Fitri kepadanya.

Saya baru sadar setelah dua minggu bekerja di tempat pekerjaan tersebut, tidak pernah melihatnya makan dan minum di antara semua anggota tim. Tentu ia pun berpuasa, tapi ia selalu ada di tengah-tengah para karyawannya walau kami sedang asyik menikmati makanan dan minuman. Ia pun tak menampakkan kalau sedang berpuasa sehingga membuat saya pun lupa. Facebook-lah yang membuat saya ingat kembali melihat foto-foto makanan untuk berbuka puasa atau membaca berita-berita online mengenai penggrebekkan warung-warung yang buka di siang hari.

Berita-berita tersebut menarik perhatian saya. Yang menarik adalah para penggrebek membawa pulang makanan yang dijual di warung dan melihat ibu—si penjual—menangis. Hati saya sangat iba, bagaimana perasaan para penggerebek itu membawa pulang makanan ibu penjual warung tersebut. Mungkin ibu itu tetap berjualan karena pembelinya juga banyak yang tidak berpuasa—misalnya para pembecak—sehingga ia ingin tetap melayani selain menginginkan keuntungan. Semestinya ditutup saja kalau memang dibuat aturan tidak boleh berjualan (razia) di siang hari dan dapat dibuka kembali sejam sebelum waktu buka puasa tiba. Tidak perlu berbagi-bagi makanan yang bukan miliknya sendiri. Apakah mereka tidak berpikir dari mana ibu itu akan mendapatkan kembali uangnya? Tentu saja ia menangis karena uangnya tidak dapat kembali lagi. Mungkin ia tak memiliki cukup uang untuk menjual makanan lagi atau ia akan berhutang untuk berjualan lagi. Benar-benar saya tidak tega membaca berita tersebut dan melihat videonya. Hingga saya berpikir apakah para penggerebek itu sedang berpuasa juga? Kalau memang mereka sedang berpuasa, maka sia-sialah ibadah puasa mereka.

Dari berita tersebut, timbul pikiran yang lain. Kalau dengan sesama muslim mereka bertindak seperti itu, bagaimana halnya kepada yang tidak sesama muslim? Semoga berita ini menjadi renungan bersama bagaimana mengasihi sesama selama bulan Ramadhan dan semoga tak terulang lagi dan ibadah puasa mereka diterima oleh Tuhan.

Bertoleransi itu sebenarnya indah, tidak hanya dengan yang berbeda agama, melainkan dengan sesama agama pun, khususnya di bulan Ramadhan. Tidak hanya menghormati dan bertoleransi dengan yang sedang berpuasa tapi juga kepada mereka yang tidak berpuasa pun, termasuk yang muslim. (*)      



Sumber foto: Google

 
Artikel ini telah dipurbilkasikan di Harian Online KabarIndonesia (HOKI), 16 Juli 2016.
Link Artikel di HOKI