KabarIndonesia - Tahun 2020 ini merupakan tahun bersejarah bagi dunia. Siapa yang tak kenal Covid-19? Makhluk kasat mata ini menjadi populer di mana-mana saat ini. Dia bukan pahlawan dunia yang umumnya dikenang sepanjang masa melainkan sebuah musuh yang dikenal oleh masyarakat seluruh dunia.
Tak hanya itu saja, seminggu sesudah penutupan tempat-tempat bisnis, sudah banyak pegawai yang dinonaktifkan, sehingga banyak yang mengajukan permohonan ke pemerintah untuk mendapatkan dana pengangguran (unemployment fund). Tentu saja itu diperlukan untuk kebutuhan-kebutuhan dasar seperti kebutuhan hidup sehari-hari dan pembayaran tagihan bulanan. Melihat itu semua, saya melihat balik kepada diri saya, suami, dan putri saya. Saya bersyukur bahwa kami semua sehat walau sejujurnya saya sendiri setiap saat berpikir, bahwa siapa saja dapat terjangkit virus mematikan ini. Siapa yang tak khawatir? Dalam pikiran saya sudah terbayang bagaimana mereka yang sudah ditinggalkan oleh orang-orang terkasih mereka karena penyakit ini, juga banyak tenaga medis yang meninggal setelah bertugas menolong pasien-pasien korban penyakit tersebut. Apa yang terjadi bila itu terjadi pada anggota keluarga saya. Bagaimana saya? Bagaimana putri dan suami saya? Tentu saja masih banyak pertanyaan-pertanyaan lainnya yang berkecamuk dalam pikiran.
Saat saya menulis tulisan ini, sudah banyak orang yang kehilangan pekerjaan dan berharap mendapatkan dana pengangguran secepatnya. Setelah itu entah kapan mereka berkesempatan untuk mendapatkan pekerjaan lagi. Wabah virus ini tentu akan memakan waktu lama untuk membuat dunia bisnis kembali normal. Melihat itu semua, saya bersyukur. Beberapa pekerjaan yang saya miliki masih berjalan semua bahkan semakin ramai. Walau begitu, kondisi pun tak dapat diprediksi. Kondisi buruk dapat terjadi kapan saja dan untuk siapa saja. Hal ini membuat saya berlutut dengan penuh kerendahan hati. Saya benar-benar memanjatkan puji syukur kepada Tuhan atas pemeliharaannya selama ini. Kebutuhan sehari-hari dan tagihan-tagihan bulanan masih dapat dipenuhi tanpa interupsi. Hal ini tetap mengingatkan jika saya sekeluarga harus bijaksana dalam menggunakan berkat Tuhan dalam situasi seperti saat ini untuk hal-hal lainnya di luar prediksi.
Lalu bagaimana dengan sekolah putri saya? Sebagaimana halnya dengan anak-anak lainnya, tentu putri saya mengalami hal yang sama dengan mereka, yaitu mengalami cara belajar dan mengajar dari tatap muka menjadi pertemuan online. Tentu tak menjadi masalah karena aktivitas online sudah tak asing baginya. Namun ada satu hal yang saya perhatikan di sini yang mana berkat Tuhan dinyatakan dalam dirinya. Putri saya mendapatkan lebih banyak waktu beristirahat dan beradaptasi dengan tugas-tugas sekolah yang sudah ia tinggalkan selama lebih dari dua bulan karena diopname. Kalau seandainya dia tetap masuk sekolah, sangat sulit baginya untuk mengatur waktu mengejar ketinggalan dari tugas-tugas sekolah. Dengan adanya tinggal di rumah, putri saya lebih banyak memiliki waktu dan berkonsentrasi untuk mengerjakan tugas-tugas tersebut, plus proses penyembuhannya pun menjadi lebih cepat. Walau begitu dalam benak saya merasa kasihan dengan anak-anak yang masih diopname di rumah-rumah sakit. Tentu para orang tua dan anggota keluarga tak diperkenankan menengoknya atau mungkin diperkenankan tetapi tetap menjaga jarak sekitar dua meter. Dengan begitu mereka tak dapat menyentuh dan memeluk anak-anak mereka. Tambah menyedihkan apabila anak-anak mereka masih di bawah umur yang masih butuh pelukan dan belaian. Mungkin saja para orang tua atau anggota keluarga mengenakan pakaian PPE (Personal Protective Equipment) untuk dapat bertemu dengan mereka.
Kekhawatiran saya semakin bertambah saat mengetahui salah satu murid virtual saya ternyata serumah dengan seorang perawat yang sedang merawat pasien-pasien yang terinfeksi Covid-19. Pesan saya kepadanya agar berhati-hati menjaga jarak dan kebersihan dengannya, apalagi rekan serumahnya memiliki anjing. Di akhir percakapan di kelas virtual, saya himbau kepadanya untuk berdoa selain untuk diri sendiri, keluarga, dan teman-teman, juga untuk semua para tim medis agar mereka diberi kekuatan, kesehatan, dan terhindar dari infeksi penyakit tersebut.
Sesudah kejadian tersebut, pikiran dan hati saya tidak tentram. Saya sepertinya membutuhkan sesuatu untuk tetap beriman teguh dan berpengharapan kepada Tuhan. Sehari kemudian, saya melihat satu postingan di salah satu grup di facebook. Sebuah doa lengkap yang dikirim oleh seorang admin di grup tersebut. Setelah membacanya, hati saya menjadi tentram. Tulisan doa itu mengingatkan saya bahwa ada banyak orang-orang lain yang berdoa dengan topik yang sama. Saya yakin bahwa dukungan doa orang-orang beriman tidaklah sia-sia. Tuhan akan mendengarkan dan menjawabnya. Tinggal kita patuh atau tidak dalam menjalankan amanat-Nya sebagai hamba-Nya atau sebagai pemimpin bangsa yang dipilih sebagai tangan perantara-Nya untuk menolong bangsanya. Untuk itulah di bawah ini saya sertakan kutipan doa tersebut yang sudah saya terjemahkan dalam Bahasa Indonesia. Mungkin bermanfaat dan meneguhkan kita semua di masa-masa sengsara dan tanda-tanda akhir zaman yang sudah ditampakkan.
“Tuhan, kami terus menjalani pandemi ini dan kami harus mengakui, itu tidak mudah. Tuhan, kami terbiasa berpergian. Kami memahami kebutuhan kami untuk memperlambat dan menghabiskan lebih banyak waktu sendirian dengan-Mu. Kami meminta-Mu membantu untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan kami untuk merayakan Firman-Mu dan menyembah-Mu dalam doa dan pujian. Tuhan, kami tidak tahu berapa lama hal ini akan berlangsung, tetapi kami berterima kasih karena telah memberi kami waktu untuk menyalakan kembali cinta dan hubungan kami dengan-Mu. Tuhan, kami memohon berkatilah kami masing-masing hari ini dengan kehadiran-Mu yang berharga. Berbicaralah kepada kami hari ini, ya Tuhan. Tuhan, tolong kami mendengarkan apa yang ingin Engkau katakan kepada kami. Bantu kami untuk mengambil keuntungan dari peluang yang kami miliki untuk menjadi saksi bagi-Mu di hadapan keluarga kami, secara online, dan di mana pun Engkau membuka pintu bagi kami. Tuhan, tolonglah kami untuk memperhatikan kebutuhan kami untuk menjunjung tinggi pemimpin publik dan spiritual kami dalam doa. Bantu kami untuk mengingat dan juga berdoa bagi para petugas kesehatan yang menempatkan diri mereka dalam risiko harian merawat mereka yang terkena virus ini. Kami juga memohon kepada-Mu menjaga polisi, petugas pemadam kebakaran, dan orang lain yang melayani untuk melindungi dan membantu kami. Tuhan, tolonglah kami untuk keluar dari masa yang tidak biasa ini dalam sejarah kami sebagai orang-orang beriman yang kuat dan para pelayan serta saksi yang lebih baik untuk-Mu. Di dalam nama Yesus; kami berdoa.” ((Jim Hughes, Admin pada grup Christian Authors Book Marketing Strategies di facebook)***
Diterbitkan di HOKI, 9 April 2020
No comments:
Post a Comment