Berkenalan dengan sosok Ita Siregar beberapa tahun lalu bukanlah suatu hal yang kebetulan. Saya bertemu dengannya lewat salah satu media sosial terbesar di dunia, yaitu facebook, melalui sebuah grup penulisan. Facebook memungkinkan siapa pun berkenalan dengan mudah walau berada dengan jarak yang berbeda ribuan mil.
Lulusan dari Universitas Padjajaran Bandung, Fakultas Komunikasi, jurusan Jurnalistik ini sudah menulis sejak SMP kelas tiga. Cerpen-cerpennya pernah dimuat di majalah Anita Cemerlang (sekarang sudah tidak ada), Femina, Media Indonesia, dan lain-lain. Ia juga seorang penulis biografi dan novel. Ternyata perannya yang aktif di kancah dunia sastra membawa dirinya mulai turut andil dalam mengembangkan literatur Kristen Indonesia khusus di bidang sastra. Tentu kita patut menyambutnya dengan baik, mengingat masih tidak banyak para penulis Kristen yang berperan aktif dalam dunia penulisan sastra di Indonesia.
Untuk lebih mengenal lebih dekat mengenai sosok yang seringkali membantu Federasi Teater Indonesia yang diketuai oleh Radhar Panca Dahana, seorang budayawan Indonesia, dan bersama teman-temannya pernah mengadakan acara Festival Sastra dan Rupa Kristiani 2010, mari ikuti wawancara berikut ini:
1. Salah satu peran aktif Anda di dunia sastra adalah di Majalah Litera. Majalah apakah itu dan apa yang menjadi tanggung jawab Anda di susunan Tim Majalah Litera? Apakah Anda adalah penemu/penggagasnya termasuk yang memimpinnya?
Majalah Litera adalah majalah sastra yang mengutamakan tema-tema kemanusiaan-keberagaman-spiritualitas. Saya menggagas majalah ini. Sebelumnya adalah Majalah Kebuncerita dan Website kebuncerita.com sejak 2013. Kemudian Desember 2016 ganti menjadi Litera dan Website Litera.id seiring Penerbit Komunikasi Bina Kasih mengadopsi Majalah Litera di bawah naungannya.
Awalnya saya tertarik dengan cerita-cerita dalam Kitab Suci (Alkitab) dan sering membayangkan menulis ulang cerita-cerita itu dan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi bila cerita dikembangkan atau ditarik ke masa sekarang, atau diperhadapkan dengan pertanyaan-pertanyaan aktual masa kini. Membaca dengan cara ini memungkinkan dan membebaskan saya melihat hal-hal baru dilihat dari sisi budaya di mana teks itu dibuat dengan konteks saya sekarang. Banyak hal yang bisa terlibat dan dilibatkan di sana. Begitulah sebenarnya kita bisa menulis cerita-cerita kita sendiri berdasarkan kitab suci. Karena pada dasarnya menurut saya, kisah dalam kitab suci itu adalah model atau sejarah bagaimana manusia dapat bertahan hidup atau mempertahankan kehidupan karena peran Tuhan di dalamnya.
Lama setelah itu, saya bertemu beberapa orang, terutama dengan teolog yang mengatakan bahwa dalam teologi ada yang disebut dengan reading bible with new eyes atau membaca Alkitab dengan mata baru. Konsep ini digagas oleh para teolog Taiwan dan meluas di seluruh Asia karena kenyataan kemiskinan di Asia dan pada umumnya penduduknya multi agama/keyakinan/etnik. Selama ini mimbar-mimbar gereja kita memandang dengan atau secara (tafsir) barat, yang cenderung melihat dari atas ke bawah (pemenang, anak sulung, bangsa terpilih, Allah yang berpihak, dan lain-lain. Tampaknya kurang mendalami cerita dari bawah ke atas (misalnya dari sisi budak, pekerja, istri kedua, bangsa tidak terpilih, bangsa dengan dewa-dewa dan kebudayaan yang berbeda, danlain-lain). Dalam hal ini penceritaan kembali kisah-kisah dalam kitab suci secara sastra akan melengkapi apa yang bolong atau melonggarkan kepadatan cerita, menemukan benang merah, makna baru, danlain-lain, dan tentu saja kekayaan cerita-cerita yang baru dengan berbagai versi (etnik, latar belakang, budaya, dll).
Sebenarnya beberapa penulis (kristiani) telah memproduksi karya-karya tersebut dalam bentuk cerpen atau puisi secara individu. Dalam hal ini, Majalah Litera berharap menjadi wadah untuk menghadirkan karya-karya serupa, non denominasi. Siapa pun pembaca Kitab Suci boleh menceritakan ulang resepsinya ketika membaca. Cerita-cerita ini akan terbuka untuk dibaca oleh siapa pun, kita dan sesama (baca: yang berkeyakinan atau agama lain), untuk dipahami oleh mereka, bahwa kita pun memiliki cerita-cerita berikut konflik dan masalah sendiri dalam meresepsi kitab suci dalam keseharian kita. Demikian singkatnya.
Sedianya Majalah ini hadir rutin ke pembacanya namun belum dapat memenuhi harapan, yang terutama alasan dana dan karya-karya yang bagus, belum secara reguler didapat. Masih terus berjuang menghadirkan yang terbaik meski sampai sekarang belum memuaskan.
Susunan Tim Litera adalah teman-teman relawan yang bersedia membantu dan bekerja dalam kegiatan-kegiatan yang diadakan Litera.
2. Sudah berapa lama Majalah Litera ini terbit? Apa yang menjadi potensi utama sehingga Majalah Litera ini terbit?
Majalah Litera terbit sejak Desember 2016. Namun sampai sekarang masih berhasil 3 edisi cetakan baru. Potensi terutama di Indonesia adalah kantong-kantong Kristen - katakanlah Batak, Nias, Toraja, Manado, Maluku, Nusa Tenggara Timur, Papua, Jawa, Sunda - yang, dalam menerima kitab suci dan berusaha patuh dan taat pada firman, ada tarik-ulur, berkenaan dengan benturan dengan agama lokal yang lebih dulu ada. Cerita-cerita itu belum pernah dengan serius diadakan dan digarap dengan benar. Kalau terjadi, hal itu akan menjadi parade cerita yang sangat-sangat menarik. Kita akan belajar dari identitas diri kita, sejarah kita di belakang, terutama bagaimana gereja-gereja tradisi dibentuk, dan berusaha bertahan hidup.
3. Apa misi dan visi Majalah Litera ini dan di mana lokasi kantor redaksinya?
Visi Litera adalah masyarakat/gereja yang literer dan bereligiositas. Misi, menghadirkan/memproduksi sastra berdasarkan kitab suci, yang mengangkat nilai-nilai kristiani sebagai sumbangan bagi khazanah sastra Indonesia.Litera berkantor di Gedung Yayasan Komunikasi Bina Kasih, Jl Letjen Suprapto 30D-E, Cempaka Putih, Jakarta Pusat.
4. Apa alasan dan tujuan Majalah Litera memilih sebelas cerpen di antara puluhan cerpen lainnya yang telah diterbitkan sebelumnya dan menjadikannya sebagai sebuah buku kumpulan cerpen berjudul Rahel Pergi ke Surga Sendiri?
Sebelas cerpen ini memudahkan orang mengoleksi dan menikmati cerita-ceritanya, dan memperkenalkan (lagi) model-model cerita yang memungkinkan dari gagasan sastra kitab suci ini.
5. Apa rencana Redaktur Majalah Litera setelah penerbitan buku tersebut?
Bersama Seruni (Seni Rupa Kristiani) dan PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) Biro Pemuda & Remaja akan menyelenggarakan Festival Sastra & Rupa Kristiani pada Mei 2018.
6. Siapakah target pembaca buku kumpulan cerpen tersebut dan bagaimana mendapatkannya?
Target pembaca terutama gereja dan mereka yang menyukai sastra. Buku tersebut sementara ini didapat secara online, Iklannya dapat dilihat di medsos Majalah Litera. Berikutnya akan ada di toko-toko buku Kristen seperti TB BPK Gunung Mulia, TB Immanuel, TB Kalam Hidup. Sementara baru di Jabodetabek dan Bandung. Di luar daerah tersebut dapat memesan via online.
7. Bagaimana pembaca memperoleh Majalah Litera secara cetak dan membacanya secara online?
Majalah Litera cetak dapat dibeli di TB BPK Gunung Mulia, TB Immanuel, TB Kalam Hidup, dan secara online melalui pemesanan ke redaksi@litera.id. Majalah Litera digital bisa didapat dengan men-download aplikasi HIGO terlebih dahulu, kemudian cari Litera.
8. Apabila ada penulis yang berminat mengirimkan karyanya, bagaimana prosedur pengirimannya?
Pengiriman cerpen atau puisi dikirim ke redaksi@litera.id. Harapan saya semoga lebih banyak yang mengirimkan cerpen dan puisinya.(*)
* Keterangan Foto: saat Ita membantu Federasi Teater Indonesia pada acara Kebudayaan dan Presiden tahun 2014.
Artikel di atas telah tayang di HOKI, 13 Feb 2018